Makhluk hidup di bumi
ini tidak dapat hidup sendiri, baik hewan, tumbuhan, maupun manusia. Semua
makhluk hidup akan saling berinteraksi, baik itu dengan sesama makhluk hidup
maupun dengan lingkungannya. Seluruh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
akan membentuk suatu ekosistem.
Apakah ekosistem itu?
Terdiri atas apa sajakah komponen abiotik dan komponen biotik dalam suatu
ekosistem tersebut? Apakah interaksi yang terjadi di dalam ekosistem merugikan
ataukah menguntungkan? Semua pertanyaan tersebut dapat Anda ketahui jawabannya
setelah Anda selesai mempelajari seluruh materi pada Bab Ekosistem ini. Oleh
karena itu, pelajarilah bab ini dengan saksama.
A. Komponen
Ekosistem
Semua organisme
memerlukan energi dan materi untuk kelangsungan hidupnya. Energi tersebut
diperoleh dari lingkungannya. Produsen, contohnya pada tumbuhan, memerlukan
cahaya, air, oksigen, dan karbon di soksida untuk membentuk nutrisi sebagai
sumber energinya. Adapun pada hewan, contohnya serangga, membutuhkan produsen sebagai
sumber energinya.
Serangga pun
nantinya akan dimakan oleh konsumen yang lebih tinggi. Hal ini akan berlangsung
terus sehingga akan terjadi aliran energi dan materi. Hal ini akan membentuk
suatu siklus atau daur di suatu lingkungan yang sistematis. Semua proses
tersebut disebut juga ekosistem.
Menurut Campbell (2006: 754), ekosistem merupakan interaksi
organisme hidup dengan lingkungan abiotiknya yang terjadi di dalam suatu
komunitas. Masih ingatkah Anda mengenai komunitas? Komunitas merupakan
kumpulan beberapa populasi dari berbagai spesies yang hidup di suatu tempat.
Di dalam suatu ekosistem, interaksi antara organisme hidup dan
lingkungannya, melibatkan komponen-komponen, yaitu komponen abiotik dan
komponen biotik. Komponen tersebut mampu memengaruhi perubahan yang terjadi di
suatu ekosistem. Terdiri atas apa sajakah komponen abiotik dan komponen biotik?
Agar Anda lebih memahami komponen-komponen dalam ekosistem, perhatikan uraian
berikut.
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan segala hal selain
makhluk hidup, misalnya suhu, air, cahaya matahari, angin, bebatuan, dan tanah.
Komponen abiotik dapat memengaruhi komponen biotik, begitu pula sebaliknya.
a. Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor yang
sangat penting bagi distribusi atau penyebaran suatu organisme. Hal tersebut
karena suhu dapat memengaruhi proses biologis dan kemampuan suatu organisme
dalam mengatur (regulasi) suhu tubuhnya secara tepat.
Sel dari suatu makhluk hidup dapat pecah
apabila suhu lingkungannya di bawah 0°C karena cairan di dalam sel membeku.
Begitu pun apabila suhu lingkungan berada di atas 45°C, protein yang terdapat
di sebagian besar organisme dapat terdenaturasi atau rusak. Hanya sedikit
jumlah organisme yang dapat melakukan metabolisme pada suhu yang sangat rendah
ataupun suhu yang tinggi, contohnya burung pinguin. Burung ini dapat
beradaptasi terhadap suhu lingkungan yang sangat ekstrim di bawah nol. Suatu
ekosistem dapat memiliki suhu yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti angin dan cahaya matahari.
b. Air
Air merupakan komponen yang sangat penting
bagi kehidupan.Persediaan air di setiap habitat berbeda secara kualitas maupun
kuantitas.Organisme yang hidup di daerah perairan maupun daratan berbeda
dalammenyesuaikan diri dengan lingkungannya. Organisme yang hidup di
air,seperti air tawar maupun air laut harus beradaptasi dengan keadaan air
sekitarnya. Misalnya, organisme yang hidup di laut harus beradaptasi dengan
kadar garam (salinitas) air laut. Adapun organisme yang hidup di daratan
beradaptasi sesuai dengan habitatnya, seperti gurun, hutan tropis, dan savana.
Di dalam suatu ekosistem, air dapat
memengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi organisme dalam suatu ekosistem tersebut, yaitu suhu air, salinitas
air, dan tingkat keasaman air.
c. Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi
bagi seluruh organisme hidup. Cahaya matahari menyediakan energi yang
memengaruhi suatu ekosistem. Di daratan, tumbuhan menggunakan cahaya matahari
untuk melangsungkan proses fotosintesis. Adapun di laut, alga dan Cyanobacteria
menggunakan cahaya untuk melakukan fotosintesis.
Di dalam suatu ekosistem tertentu,
intensitas cahaya bukanlah faktor utama bagi pertumbuhan suatu tumbuhan. Akan
tetapi, di hutan-hutan yang tumbuhannya besar, tinggi, dan memiliki tudung
(kanopi), tumbuhan kecil di bawahnya akan mengalami kompetisi dengan sesama
tumbuhan lainnya untuk mendapatkan cahaya.
Cahaya juga sangat penting bagi
perkembangan dan tingkah laku beberapa spesies tumbuhan dan hewan yang sensitif
terhadap cahaya, terutama terhadap lamanya waktu siang (day time) dan
lamanya waktu malam (night time). Misalnya, waktu berbunga pada tumbuhan
dan saat beraktivitas pada hewan. Hewan yang beraktivitas pada malam hari atau nokturnal
contohnya burung hantu. Adapun pada tumbuhan, ada jenis tumbuhan yang
berbunga apabila waktu malam lebih lama dari waktu siang, begitu juga
sebaliknya.
d. Angin
Angin dapat memengaruhi suhu lingkungan
serta organisme yang hidup di dalamnya. Angin dapat memengaruhi organisme,
seperti meningkatkan penguapan (evaporasi) pada hewan sehingga suhu tubuhnya
berkurang dan meningkatkan transpirasi pada tumbuhan. Angin juga memiliki
pengaruh yang positif bagi tumbuhan, seperti membantu penyerbukan tumbuhan.
e. Bebatuan dan Tanah
Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral
dari bebatuan dan tanah dapat memengaruhi jenis dan distribusi tumbuhan serta
hewan yang memakan tumbuhan di atas tanah tersebut. Tanah merupakan media
pertumbuhan dan tempat hidup bagi makhluk hidup. Misalnya, bagi tumbuhan, tanah
merupakan tempat menancapkan akar dan sumber nutrisi. Adapun bagi sebagian
hewan, tanah merupakan sarana untuk tempat tinggal serta berlindung dari
pemangsa.
2. Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi makhluk hidup.
Komponen biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan serta organisme hidup
lainnya. Sesama komponen biotik ini dalam suatu ekosistem terjadi interaksi.
Interaksi yang terjadi dapat memengaruhi kepadatan maupun penyebaran suatu
spesies dalam suatu ekosistem.
Di dalam suatu ekosistem, setiap komponen
biotik memiliki cara hidup berbeda dengan komponen biotik yang lainnya sehingga
interaksi yang terjadi dapat menghasilkan berbagai macam karakter dalam suatu
ekosistem. Interaksi yang terjadi ini tidak hanya antarkomponen biotik, tetapi
juga dengan komponen abiotiknya sebagai lingkungan tempat komponen biotik
hidup.
Misalnya, di padang rumput interaksi yang
terjadi antarkomponen biotiknya adalah antara tumbuhan dan binatang herbivora
(pemakan tumbuhan). Hal tersebut memunculkan karakter, bahwa di padang rumput
hewan dominan yang hidup adalah hewan herbivora. Adapun interaksi antara
komponen biotik dan komponen abiotiknya, misalnya karakter kecepatan angin di
daerah padang rumput dan tumbuhan semak (rumput).
Kecepatan angin di daerah ini cukup kencang
karena tumbuhan yang ada hanya tumbuhan kecil seperti semak sehingga tidak ada
penghalang angin melewati daerah tersebut.
3. Satuan Organisasi dalam Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu kesatuan
fungsional yang cukup kompleks. Di dalamnya terdapat komponen abiotik dan
biotik yang saling berhubungan atau berinteraksi. Di dalam suatu ekosistem
terdapat satuan organisasi yang berbeda. Satuan organisasi yang menyusun
ekosistem terdiri atas individu, populasi, dan komunitas.
Individu merupakan satuan fungsional yang
paling kecil di dalam suatu ekosistem. Individu adalah organisme yang hidupnya
berdiri sendiri dan secara fisiologi bersifat bebas, misalnya satu ekor monyet.
Satu ekor monyet ini merupakan organisme yang hidupnya berdiri sendiri.
Tingkat organisasi selanjutnya dalam suatu
ekosistem, disebut populasi. Apakah Anda mengetahui pengertian populasi? Anda
perhatikan hewan piaraan yang ada di rumah Anda, misalnya ayam. Di kandang ayam
terdapat beberapa ekor ayam. Sekumpulan ayam itulah yang dinamakan populasi.
Jadi, populasi adalah sekumpulan individu yang sejenis atau satu spesies yang
menempati habitat tertentu dalam satu waktu tertentu.
Adapun tingkat organisasi tertinggi dari
suatu ekosistem, yaitu komunitas. Komunitas merupakan sekelompok populasi dari
berbagai spesies yang menghuni suatu daerah. Misalnya, komunitas sawah. Di
dalam sawah terdapat berbagai macam populasi, seperti populasi padi, populasi
ular, populasi katak, dan populasi burung. Sekarang, dapatkah Anda membedakan
antara individu, populasi, dan komunitas?
B. Tipe-tipe
Ekosistem
Ekosistem tersusun atas berbagai komponen
dan satuan organisasi yang menyusunnya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi
antar komponen yang menjadikan ekosistem memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Oleh karenanya, ekosistem terdiri atas
beberapa tipe. Ekosistem terdiri atas ekosistem darat, ekosistem air tawar, dan
ekosistem air laut. Untuk lebih jelasnya pelajari uraian berikut.
1. Ekosistem Darat
Ekosistem darat atau dikenal juga ekosistem
terestrial, merupakan wilayah atau lingkungan fisiknya berupa daratan.
Pengelompokan ekosistem darat didasarkan atas tipe struktur vegetasi yang
dominan hidup atau dinamakan bioma.
Jenis bioma terdiri atas bioma gurun, bioma
padang rumput, bioma tundra, bioma savana, bioma hutan hujan tropis, bioma
taiga, dan bioma tundra.
a) Bioma gurun
Gurun merupakan daerah kering yang curah
hujannya hanya 20 cm per tahun. Vegetasi dominan pembentuk bioma gurun adalah
kaktus. Adapun hewan yang hidup di bioma ini umumnya aktif pada malam hari atau
nokturnal. Hal tersebut merupakan adaptasi terhadap suhu lingkungan yang sangat
panas dan untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh.
b) Bioma padang rumput
Bioma ini memiliki karakteristik beriklim
sedang, dengan curah hujan berkisar
antara 25–75 per tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Sistem perakaran
rumput bercabang-cabang sehingga apabila terjadi kemarau bioma ini akan tetap
berwarna hijau karena akarnya bercabang banyak di dalam tanah untuk mengambil
air. Adapun hewan yang hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala, dan kuda.
c) Bioma savana
Savana merupakan padang rumput yang
didominasi oleh rumput dengan semak serta pohon yang terpencar. Savana memiliki
curah hujan sekitar 90–150 cm per tahun. Hewan yang hidup di dalamnya, antara
lain gajah, kuda, dan zarafah.
d) Bioma hutan hujan
tropis
Bioma ini terdapat di daerah khatulistiwa
termasuk sebagian besar wilayah Indonesia. Bioma hutan hujan tropis memiliki
suhu rata-rata 25°C dan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu antara 200–400 cm
per tahun. Vegetasi yang hidup di daerah ini sangat heterogen atau beraneka
ragam. Hewan yang hidup di dalamnya, antara lain monyet, harimau, dan serangga.
e) Bioma tundra
Tundra memiliki dua jenis, yaitu tundra
artik dan tundra alpin. Tundra artik adalah tundra yang berada dekat
daerah kutub utara sedangkan tundra alpin adalah tundra yang terdapat di
dataran tinggi atau puncak gunung. Vegetasi yang dominan di bioma tundra adalah
rumput alang-alang dan lumut daun.
Adapun hewan yang terdapat pada bioma ini,
antara lain
kelinci dan serigala.
f) Bioma taiga
Taiga merupakan bioma yang memiliki ciri
beriklim musim dingin yang panjang. Taiga disebut juga hutan konifer (pinus). Hutan
ini selalu hijau oleh karenanya konifer disebut juga tumbuhan evergreeen.
Vegetasi yang dominan pada bioma ini adalah tumbuhan pinus. Adapun hewan yang
hidup pada bioma ini, antara lain kelinci, serangga, dan beruang.
2. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem ini memiliki beberapa
karakteristik, seperti variasi suhu yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan
yang dominannya alga, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan
cuaca. Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik.
Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai.
Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Contoh
perairan lentik adalah danau. Danau memiliki tiga wilayah horizontal, yaitu zona
limnetik, zona litoral, dan zona profundal.
Zona limnetik adalah wilayah perairan yang
masih bisa di tembus oleh cahaya matahari. Di zona ini banyak didominasi oleh
zooplankton dan nekton. Zona litoral merupakan wilayah tepi pada danau dan
sungai. Organisme yang hidup di dalamnya adalah katak, serangga, dan Hydrilla.
Adapun zona profundal adalah daerah dasar pada suatu danau atau kolam.
Organisme yang hidup di dalamnya adalah dekomposer.
3. Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang
paling luas di bumi ini. Ekosistem air laut memiliki tiga jenis zona, yaitu
zona litoral, neritik, dan pelagik. Zona litoral merupakan
daerah pantai yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona
neritik adalah daerah laut dangkal yang selalu tertutup air meski pada waktu
surut.
Adapun zona pelagik adalah daerah perairan
terbuka yang memiliki kedalaman 6.000–10.000 m. Zona pelagik terdiri atas
daerah epipelagik, mesopelagik, dan batipelagik.
C. Suksesi
Suatu komunitas keadaannya tidak akan
selalu tetap, tetapi selalu mengalami perubahan. Perubahan ini biasanya terjadi
dari suatu komunitas menuju bentuk komunitas lainnya. Misalnya, perkebunan
kelapa sawit yang dibiarkan setelah masa panen dan tid`k ditanami lagi, apabila
dibiarkan akan tumbuh tanaman spesies lain yang akan menggantikan formasi
kelapa sawit. Hal tersebut menyebabkan perubahan di komunitas tersebut.
Perubahan atau perkembangan suatu komunitas melalui tahap-tahap tertentu
disebut suksesi. Terdapat dua tipe suksesi, yaitu suksesi primer dan
suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer merupakan munculnya suatu
komunitas baru pada suatu daerah yang sebelumnya tidak terdapat komunitas.
Contoh suksesi primer terjadi pada gunung berapi yang telah meletus. Daerah
sekitar akan mengalami kerusakan dan
tidak terdapat organisme. Lama-kelamaan daerah sekitarnya tersebut akan
ditempati kembali oleh organisme. Organisme awal atau pionirnya adalah lichenes
(lumut kerak).
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder merupakan pembentukan
suatu ekosistem yang telah rusak ke keadaan awalnya sebelum terganggu. Suksesi
ini dapat terjadi karena kebakaran, perusakan oleh manusia, dan gempa bumi. Proses
suksesi sekunder ini lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Hal ini
dikarenakan pada suksesi sekunder tidak diperlukan lagi adanya tahapan
pembentukan komunitas pionir.
D. Peran
Komponen Ekosistem
Komponen abiotik maupun komponen biotik
memiliki perannya masing-masing di dalam suatu ekosistem. Telah Anda ketahui
sebelumnya, bahwa di dalam ekosistem, terjadi interaksi antarkomponen
ekosistem. Terdapat beberapa jenis interaksi yang berlangsung di dalam
ekosistem, yaitu interaksi antarindividu, interaksi antarpopulasi, dan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik.
Interaksi antarindividu merupakan interaksi
yang dapat terjadi pada individu sejenis ataupun berbeda jenis. Setiap
organisme hidup di suatu tempat atau habitat. Organisme atau individu
sejenis membentuk kumpulan atau kelompok dan dalam kurun waktu tertentu akan
membentuk populasi.
Dari terbentuknya populasi akan timbul
interaksi antarpopulasi. Interaksi antarpopulasi ini terjadi tidak hanya dengan
populasi yang speciesnya sama, tetapi juga dengan populasi dari spesies yang
berbeda. Kumpulan berbagai macam populasi yang saling berinteraksi ini
membentuk komunitas. Di dalam komunitas, interaksi tidak hanya terjadi
antar komponen biotik saja, tetapi juga komponen biotik dan komponen
abiotiknya.
Di dalam ekosistem, setiap komponen
memiliki peran. Individu, populasi, komunitas, serta lingkungan abiotiknya
mampu menimbulkan aliran energi dan daur biogeokimia.
1. Peran Komponen Ekosistem dalam Aliran
Energi
Di dalam suatu ekosistem, terjadi interaksi
antara komunitas dan komunitas lainnya serta lingkungan abiotiknya. Interaksi
ini dapat menyebabkan aliran energi melalui peristiwa makan dan dimakan (predasi).
Pada peristiwa aliran energi ini, komponen ekosistem, khususnya komponen
biotik, memiliki tiga peran dasar, yaitu sebagai produsen, konsumen dan
dekomposer.
Menurut Campbell (1998: 1146), penyusun
utama produsen dalam suatu ekosistem, khususnya di daratan adalah tumbuhan.
Organisme ini mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan sinar matahari.
Peristiwa ini disebut fotosintesis. Produsen merupakan organisme
autotrof, yaitu organisme yang mampu menyusun atau membuat makanannya sendiri.
Adapun konsumen adalah organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat
membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhannya, organisme ini
bergantung pada organisme lain.
Komponen biotik yang terakhir, yaitu
dekomposer (pengurai). Dekomposer adalah organisme yang menguraikan sisa-sisa
organisme yang telah mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana
ini akan digunakan kembali oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat
makanannya. Proses tersebut akan berlangsung terus-menerus di dalam suatu
ekosistem.
Adanya peran komponen biotik sebagai
produsen, konsumen, dan dekomposer menimbulkan aliran energi dari produsen,
konsumen hingga ke dekomposer. Proses aliran energi ini terjadi pada peristiwa
rantai makanan.
Peristiwa perpindahan energi terjadi
melalui proses makan dan dimakan di dalam suatu rantai makanan. Peristiwa
tersebut membentuk struktur trofik. Struktur trofik terdiri atas
tingkat-tingkat trofik. Setiap tingkat trofik terdiri atas kumpulan
berbagai organisme. Tingkat trofik pertama ditempati oleh produsen atau
organisme autotrof. Pada tingkat ini, produsen ekosistem darat adalah tumbuhan,
sedangkan pada ekosistem perairan adalah ganggang dan fitoplankton.
Tingkat trofik kedua ditempati oleh
organisme heterotrof atau konsumen. Konsumen adalah organisme yang bergantung
kepada organisme lain sebagai sumber makanannya. Konsumen pada tingkat trofik
kedua ini adalah herbivora. Konsumen juga terdiri atas tingkat trofik ketiga,
keempat, dan seterusnya.
Aliran energi tidak hanya terjadi pada
tingkatan yang sederhana, yaitu rantai makanan, tetapi terjadi juga pada
tingkatan yang lebih kompleks, yaitu pada jaring-jaring makanan. Jaring-jaring
makanan ini tersusun oleh beberapa rantai makanan yang saling berhubungan.
Aliran energi mulai dari produsen hingga konsumen, jumlah akhirnya tidak sama.
Apabila disusun secara berurutan mulai dari
produsen hingga konsumen, jumlah energi yang ada akan berbentuk seperti
piramida. Setiap potongan dalam piramida tersebut menunjukkan jumlah energi
yang tersimpan. Kehilangan energi dari rantai makanan dapat digambarkan dalam
bentuk piramida energi. Pada piramida energi, semakin ke puncak energi
yang tesimpan semakin sedikit. Adapun berkurangnya transfer energi pada setiap
tingkat trofik dapat digambarkan dengan piramida biomassa. Adapun, piramida
jumlah, dapat menggambarkan perbedaan jumlah individu pada setiap tingkat
trofik.
2.
Peran Komponen Ekosistem dalam Daur Biogeokimia
Unsur-unsur kimia baik organik maupun
anorganik sangat dibutuhkan oleh setiap komponen dalam suatu ekosistem. Di
dalam suatu ekosistem, jumlah unsur-unsur kimia tersebut terbatas. Oleh
karenanya, harus ada daur ulang unsur-unsur kimia yang ada agar tetap tersedia
dan kebutuhan organisme akan unsur-unsur kimia terpenuhi. Selain unsur-unsur
kimia, air pun mengalami daur ulang.
Menurut Campbell (1998: 1153), daur ulang
berbagai jenis unsur nutrien yang melibatkan komponen ekosistem baik komponen
abiotik dan komponen biotik disebut juga daur biogeokimia. Nutrien
disini mencakup air, karbon, nitrogen, dan fosfor. Setiap unsur nutrien
mengalami berbagai jenis siklus. Siklus tersebut merupakan bagian dari daur
biogeokimia. Daur biogeokimia ini dikenal ada beberapa macam, yaitu siklus air,
siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.
a. Siklus Air
Air merupakan materi yang sangat dibutuhkan
oleh organisme hidup. Air ini dimanfaatkan oleh berbagai organisme dengan cara
bermacammacam. Pada tumbuhan, air di dalam tanah diserap melalui akar. Air digunakan
untuk pertumbuhan, selebihnya air dilepaskan dalam bentuk uap air ke udara
(atmosfer). Proses pelepasan air dari tanah ke udara dalam bentuk uap air
disebut evaporasi. Adapun uap air yang dilepaskan oleh tumbuhan ke udara
disebut transpirasi.
Pada manusia dan hewan, air diperoleh
dengan cara meminumnya dan juga dari tumbuhan serta hewan yang dimakan. Air
keluar dari tubuh manusia dan hewan dalam bentuk keringat dan urine. Air hasil dari
evaporasi dan transpirasi organisme, terkumpul di udara sehingga menyebabkan
kelembapan di atmosfer meningkat. Akibatnya terbentuklah awan, kemudian
turunlah hujan. Air hujan akan terus mengalir ke permukaan tanah dan digunakan
kembali oleh seluruh organisme hidup.
b. Siklus Karbon
Karbon merupakan unsur dasar dari semua
senyawa organik. Di atmosfer, karbon terdapat dalam bentuk gas karbon dioksida
(CO2). Karbon dioksida dalam suatu lingkungan dibutuhkan oleh
produsen, yaitu tumbuhan. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida sebagai penyusun
bahan organik melalui proses fotosintesis. Bahan organik tersebut berupa
glukosa. Glukosa ini merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Kemudian, bahan organik dari tumbuhan digunakan oleh organisme
lainnya melalui rantai makanan. Bahan organik pada tumbuhan banyak terkandung
dalam batang. Adapun pada manusia dan hewan, bahan organik banyak terdapat pada
bagian tulang.
Ketika organisme mati, baik manusia, hewan,
ataupun tumbuhan, akan diuraikan menjadi karbon dioksida oleh dekomposer.
Akibat proses perubahan suhu dan tekanan bumi, organisme yang membusuk ini
dapat membentuk fosil. Proses pembentukan fosil berlangsung sangat lama hingga
mencapai jutaan tahun. Fosil ini dapat membentuk bahan bakar fosil berupa
batubara dan minyak bumi. Bahan bakar fosil digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan dan menghasilkan karbon dioksida. Karbon dioksida ini kembali
memasuki siklus karbon dan akan berlangsung demikian seterusnya
c. Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ekosistem. Menurut Campbell (1998: 1156) jumlah nitrogen yang
terdapat di atmosfer sekitar 80% dari berbagai gas-gas yang ada di atmosfer.
Nitrogen ditemukan dalam semua asam amino, yang merupakan komponen penyusun
protein pada organisme. Nitrogen yang tersedia bagi tumbuhan hanya dalam dua
bentuk mineral tanah, yaitu amonia (NH4+) dan nitrat (NO3.-).
Beberapa bakteri dapat mengikat nitrogen
secara langsung dari udara, contohnya Azotobacter. Azotobacter mampu
mengubah nitrogen menjadi amonia. Amonia kemudian akan diubah menjadi senyawa
ion nitrit (NO2) oleh bakteri nitrit. Ion nitrit ini diubah lagi menjadi ion
nitrat (NO3-). Oleh tumbuhan, ion nitrat diubah menjadi molekul organik
berupa asam amino. Tumbuhan sebagai produsen yang mengandung nitrogen ini akan
dimanfaatkan oleh konsumen dan dekomposer. Dekomposer ini mampu mengubah
senyawa amino menjadi amonia. Siklus ini akan berlangsung terus-menerus dalam
suatu ekosistem.
d. Siklus Fosfor
Fosfor di alam terdapat dalam bentuk ion
fosfat (PO43–). Ion fosfat di alam terdapat dalam bebatuan. Ion fosfat dalam
bebatuan ini akan terbawa menuju perairan melalui proses pelapukan bebatuan dan
erosi. Di perairan ini, fosfat tersebut akan membentuk endapan. Oleh karena pergerakan
dasar bumi yang tidak stabil, menyebabkan endapan ini muncul ke permukaan.
Adapun di darat, ion fosfat diserap oleh
tumbuhan dari dalam tanah. Kemudian, tumbuhan tersebut dimakan oleh herbivora
dan herbivora dimakan oleh karnivora. Pada hewan, fosfat dikeluarkan melalui
urine dan feses. Oleh dekomposer, ion fosfat yang merupakan senyawa anorganik
ini akan diuraikan dan menjadi fosfor (P) di dalam tanah. Fosfor di dalam tanah
ini kemudian di ambil kembali oleh tumbuhan. Proses tersebut akan terus berlangsung
membentuk suatu siklus, yang dinamakan siklus fosfor.
E. Pemanfaatan
Komponen Ekosistem bagi Kehidupan
Seperti yang telah Anda pelajari
sebelumnya, bahwa komponen ekosistem yang terdiri atas komponen biotik dan
komponen abiotiknya memiliki manfaat penting bagi kehidupan ini. Komponen
abiotik, contohnya air, merupakan materi yang tidak dapat dipisah dari
kehidupan ini. Air merupakan komponen yang penting dalam siklus biogeokimia.
Banyak sekali manfaat air bagi kehidupan,
contohnya sebagai sarana transportasi, pengairan persawahan, dan bahkan sebagai
penggerak turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Contoh komponen lainnya yang juga memiliki
peran penting bagi kehidupan adalah cahaya matahari, tanah, dan suhu. Cahaya
matahari merupakan sumber energi bagi hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini.
Bagi tumbuhan, cahaya matahari digunakan untuk proses fotosintesis. Telah Anda
ketahui pada subbab sebelumnya, bahwa fotosintesis bertujuan menghasilkan zat
makanan bagi tumbuhan. Manusia memanfaatkan cahaya matahari untuk beberapa
keperluan. Manusia umumnya memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh radiasi
cahaya matahari, seperti untuk menjemur pakaian, mengeringkan ikan asin,
menguapkan tambak garam untuk diambil garamnya, bahkan untuk menggerakkan motor
listrik tenaga surya.
Komponen abiotik lainnya dalam suatu
ekosistem, contohnya tanah. Tanah bagi sebagian organisme sangatlah penting.
Bagi tumbuhan, tanah merupakan tempat untuk menancapkan tubuhnya agar dapat
tumbuh dan tegak. Selain itu, bagi tumbuhan, tanah juga merupakan tempat
terdapatnya sumber makanan, seperti unsur-unsur nutrien. Kemudian, tanah bagi
hewan-hewan tertentu, berfungsi sebagai tempat tinggal dan pelindung dari
pemangsa serta cuaca yang ekstrim.
Komponen biotik, seperti produsen, konsumen,
dan dekomposer yang di dalamnya mencakup manusia, hewan, tumbuhan memiliki
peran yang sangat penting bagi kehidupan. Masing-masing dari komponen tersebut
dapat saling berinteraksi dan terlibat dalam proses perpindahan energi pada
suatu rantai makanan. Apabila salah satu dari komponen tersebut punah atau
langka maka akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem, yang mana hal ini sangat
merugikan bagi manusia.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi
akal dan pikiran, mencoba memanfaatkan berbagai komponen biotik bagi
kesejahteraannya. Sejak lama, manusia telah memanfaatkan berbagai hewan untuk
diternakan, diambil dagingnya, digunakan sebagai obat, bahkan sebagai alat
transportasi. Selain hewan, manusia juga telah lama memanfaatkan berbagai
tumbuhan untuk dibudidayakan sebagai sumber makanan dan obat-obatan.
Dapat disimpulkan bahwa setiap komponen
biotik memiliki peran yang penting bagi kehidupan ini. Dari uraian yang telah
dijelaskan, Anda pasti telah dapat menyimpulkan sesuai pemahaman Anda mengenai
pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan ini, bukan? Sekarang dapatkah
Anda menyebutkan contoh lainnya mengenai pemanfaatan komponen ekosistem bagi
kehidupan ini?.
Daftar Pustaka :
Firmansyah,
Ricky dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk SMA/ MA. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009.
0 komentar:
Posting Komentar